Review ASUS Zenfone 10, Pas di Kantong dan Pas di Dompet

Lukman Azis

Sejak Zenfone 8, ASUS mulai menawarkan smartphone flagship berukuran padat dan model dengan inovasi kamera putar berakhir di Zenfone 8 Flip. Seterusnya, ASUS hanya meluncurkan satu Zenfone per tahun, Zenfone 9 dan kemudian Zenfone 10 yang mempertahankan ukuran layar kecil 5,9 inci.

Kalau dibandingkan dengan kebanyakan smartphone masa kini, bentuk mungilnya enak banget digenggam, dikantongi, dan dipakai satu tangan. Setelah Zenfone 9 didesain ulang besar-besaran, Zenfone 10 sebagai generasi terbaru mewarisi dan membaikkan dengan beberapa sentuhan penting.

Termasuk pembaruan chipset tahunan dengan Qualcomm Snapdragon 8 Gen 2 dan sedikit perubahan di sistem kameranya yang menimbulkan pro dan kontra. Kamera dengan lensa ultrawide dan kamera depannya ditingkatkan dengan sensor gambar baru tetapi kehilangan kemampuan autofocus.

Di bawah ini review ASUS Zenfone 10 selengkapnya, beserta hal-hal yang perlu diketahui sebelum memilihnya.

Bentuk Mini Pas di Kantong

Bentuk Mini Pas di Kantong ASUS Zenfone 10 1

ASUS Zenfone 10 memiliki desain yang identik dengan model sebelumnya, hanya ada sedikit perubahan fisik pada bagian punggungnya. Lebih sedikit teks, kini datang dengan logo segitiga A yang baru dan keterangan ASUS Zenfone.

Form factor keseluruhan masih mirip, bergaya kotak padat dengan bingkai datar aluminium yang tebal mencapai 9,4 mm. Namun bobotnya cukup ringan, yaitu 172 gram karena punggungnya terbuat dari material plastik polimer yang jujur mengurangi kesan premium saat digenggam.

Unit yang saya review berwarna terang Aurora Green, penampang belakangnya memiliki sentuhan akhir agak kesat. Dalam paket penjualan, ASUS membekalinya dengan hardcase berwarna hitam yang akan menutupi bagian belakang kecuali modul kamera.

Ya, Anda perlu membeli softcase transparan secara terpisah jika ingin tetap menonjolkan keunikan warna yang ditampilkan oleh Zenfone 10. Bodinya mengantongi sertifikasi IP68, yang memberikan perlindungan ekstra terhadap air dan debu. Sementara layarnya, dilindungi oleh Gorilla Glass Victus.

Fokus ke modul kamera belakangnya, cuma ada dua kamera dengan lensa wide dan ultrawide yang punya rumah lensa terpisah. Ukuran bulatan lensanya sama, tetapi kamera utamanya sedikit lebih tebal dan disampingnya ada LED flash kecil.

Untuk penempatan tombolnya, di sebelah kanan terdapat tombol power dan volume, sisi seberangnya kosong. Di bagian atas, Anda akan menjumpai jack audio 3,5mm, mikrofon sekunder, dan earpiece yang berfungsi ganda sebagai speaker kiri. Sisanya berada di bawah, termasuk SIM tray dengan dua slot nano SIM, mikrofon utama, port USB C, dan speaker utama.

Layar Super AMOLED 144Hz

Layar Super AMOLED 144Hz ASUS Zenfone 10

Ketetapan ASUS menghadirkan smartphone flagship dengan layar kecil patut diapresiasi. Tidak banyak pesaingnya di pasaran yang terdekat hanya Galaxy S23 dengan layar 6,1 inci, tetapi selisih harganya lumayan. Ingat harga resmi Zenfone 10 dijual mulai dari Rp8.999.000.

Meski diagonal layarnya tidak berubah, tetap 5,9 inci dengan panel Super AMOLED beresolusi 1080×2400 piksel yang menghasilkan kerapatan 445 ppi dalam rasio aspek 20:9. Fitur layar yang ditingkatkan oleh ASUS ialah refresh rate-nya dari 120Hz ke 144Hz.

Perlu dicatat, refresh rate maksimal 144Hz ini tidak bisa dipilih di pengaturan layar karena hanya akan aktif saat bermain game yang mendukung. Layarnya sudah mendukung HDR10+ dan memiliki kecerahan puncak di angka 1.100 nits.

Menurut saya, layar 5,9 inci tidak yang sangat kecil dan masih tergolong nyaman untuk menangani berbagai skenario penggunaan sehari-hari. Seperti biasa, fitur Splendid di pengaturan layar menyediakan empat mode warna yaitu optimal, natural, cinematic, dan standard, serta ditambah mode customized.

Kamera Utama 50MP Berkualitas

Kamera Utama 50MP Berkualitas ASUS Zenfone 10

Standar saat ini, smartphone flagship harus punya tiga unit kamera dengan focal length lensa yang berbeda mencakup wide, ultrawide, dan telephoto. Zenfone 10 tertinggal, masih percaya diri dengan konfigurasi dua kamera tanpa lensa telephoto.

Itu jelas masuk dalam catatan kekurangannya, tetapi bukan sesuatu yang fatal karena faktanya kamera sekunder masih punya kualitas yang berbeda dari kamera utama. Benar kamera telephoto dapat menghasilkan foto yang lebih bervariasi, tetapi bila mengejar kualitas yang bisa diandalkan adalah kamera utama.

Boleh dibilang, sistem pencitraan Zenfone 10 benar-benar bertumpu pada kamera utamanya. ASUS mengandalkan sensor gambar flagship 50MP Sony IMX766 berukuran 1/1.56 inci dengan piksel individu 1µm. Quad Bayer yang artinya secara default menghasilkan foto 12,5MP dengan ukuran tiap piksel besar menjadi 2µm.

Sensor tersebut sama seperti Zenfone 9, kualitasnya tidak mengecewakan dan ASUS melengkapinya dengan 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilizer versi 2.0 dan sistem pemfokusan 2×2 OCL PDAF. Di atasnya merupakan lensa wide 24mm dengan aperture f/1.9.

Pada mode foto, asalkan cahayanya cukup, jepretan dengan 2x zoom tergolong bagus, lumayan untuk menambah efek kedalaman saat foto produk dan portrait. Sementara pada mode Pro, kita bisa mendapatkan foto format Raw 50MP yang tidak terkompresi dan mempertahankan data orisinal dari sensor kamera.

Beralih ke kamera ultrawide dan kamera depan, yang ditingkatkan oleh ASUS tetapi kehilangan fitur autofocus. Hal ini dipertanyakan bahkan ketika saya mengikuti acara peluncuran global untuk pertama kalinya.

Kamera ultrawide baru ini menggunakan sensor gambar 13MP OmniVision OV13B berukuran 1/3.06 inci dengan piksel 1,12µm. Sedangkan kamera depannya 32MP dengan desain RGBW atau yang disebut OmniVision RGBC, Quad Bayer menghasilkan foto selfie 8MP. Berikut hasil foto Zenfone 10:

Beralih ke fitur perekaman videonya, yang sangat dapat diandalkan untuk bikin konten, baik YouTube dengan format video horizontal panjang maupun vertikal pendek. Kamera utamanya dapat merekam video hingga resolusi 8K 24fps, terlalu powerful mungkin tidak akan kalian sentuh dalam waktu dekat.

Saya pernah hunting video vertikal pendek dengan 8K ini, lalu saya crop secara ekstrem untuk zoom dan mendapatkan komposisi yang saya inginkan. Kalian akan lebih sering memakai 4K hingga 60fps yang sudah memberikan fleksibilitas ekstra, sayangnya fitur video HDR-nya hanya mendukung sampai 4K 30fps.

Fitur stabilization HyperSteady hanya dapat digunakan pada resolusi 1080p 30fps dan 60fps, serta 1080p HDR 30fps. Lebih dari 1080p kebagian stabilization Adaptive, tentunya dengan crop yang cukup signifikan. Lebih baik nonaktifkan jika tidak membutuhkan dan di kondisi rendah cahaya untuk memperoleh kualitas gambar yang lebih optimal.

Chipset Snapdragon 8 Gen 2 yang Amat Powerful

Chipset Snapdragon 8 Gen 2 yang Amat Powerful ASUS Zenfone 10

Di dalam Zenfone 10 tertanam baterai 4.300 mAh dengan fitur pengisian daya 30W. Ia ditenagai chipset 4nm Qualcomm Snapdragon 8 Gen 2 yang kencang tetapi lebih efisien dari model sebelumnya, dan menjalankan sistem operasi Android 13, untuk penggunaan ringan maka pasti lebih awet.

Namun Zenfone 10 adalah smartphone flagship dengan fitur canggih yang punya performa gahar. Datang dengan CPU octa-core pengaturan 1+2+2+3 dan satu inti utamanya berbasis Arm Cortex-X3, unit yang saya review varian dasar dengan RAM LPDDR5X 8GB dan penyimpanan internal UFS 4.0 128GB.

Hasil benchmark Zenfone 10 sbb:

benchmark asus zenfone 10

  • AnTutu 10 1.491.975
  • 3DMark Solar Bay 5.401
  • 3DMark Wild Life Extreme 3.595
  • PCMark Work 3.0 18.507
  • Geekbench 6 Single-core 2015
  • Geekbench 6 Multi-core 5.317
  • Geekbench 6 GPU Compute 9.096

Saat menjalankan tugas yang membutuhkan daya komputasi tinggi, kapasitas baterai tersebut tidak mampu menghidupi Zenfone 10 seharian. Sebetulnya itu berlaku pada smartphone flagship pada umumnya, tetapi Zenfone 10 berasa lebih cepat habisnya.

Balik lagi tergantung bagaimana pemakaiannya, pengalaman saya dengan penggunaan sedang setidaknya perlu ketemu charger dua kali atau tiga kali sehari untuk skenario penggunaan agak berat. Saat bepergian, sudah pasti wajib membawa power bank.

Verdict Review ASUS Zenfone 10

Verdict Review ASUS Zenfone 10

ASUS Zenfone 10 adalah satu dari sedikit pilihan smartphone flagship compact dengan chipset Qualcomm Snapdragon 8 Gen 2. Karena Apple sudah tidak mengeluarkan iPhone mini, pesaing terdekatnya di Indonesia hanya Samsung Galaxy S23.

Hal yang membuat Zenfone 10 menjadi pilihan yang sangat menarik adalah harganya yang terbilang terjangkau di kelasnya. Varian dasar dengan konfigurasi memori 8GB/128GB, dijual mulai dari Rp8.999.000. Ingat Zenfone 10 benar-benar smartphone flagship, bukan kelas menengah atas yang biasanya serba tanggung.

Catatan pentingnya terletak pada aspek kamera dan baterai. Zenfone 10 masih mengandalkan dua kamera belakang tanpa kamera telephoto, tetapi perlu ditekankan bahwa kamera utama dengan lensa wide-nya sangat memuaskan.

Terakhir harus kompromi dengan masa pakai baterai, bukan yang sangat buruk tetapi fitur canggih di Zenfone 10 memang akan menguras daya lebih cepat. Solusinya mudah, cukup beli power bank dengan fitur fast charging.

Itu saja, terima kasih sudah menyimak review ASUS Zenfone 10. Saya juga suka masih ada jack audio 3,5mm di sisi atas, bisa untuk mendengarkan musik dengan headphone kabel atau untuk menghubungkannya dengan mikrofon eksternal.

Pro

  • Satu dari sedikit pilihan smartphone flagship mini terbaik
  • Bodi kecil pas di kantong dan nyaman dipakai satu tangan
  • Layar dengan refresh rate 144Hz untuk bermain game
  • Kamera utama 50MP berkualitas dengan sensor  Sony IMX766
  • Ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 8 Gen 2 yang sangat powerful
  • Harga sangat menarik, mulai dari Rp8.999.000

Cons

  • Punggung dari plastik polimer terasa kurang premium saat digenggam
  • Hanya punya dua kamera belakang, tanpa kamera dengan lensa telephoto
  • Baterai 4.300 mAh tidak mampu bertahan seharian
Share This Article
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *