Polytron, raksasa elektronik Indonesia, kembali mencuri perhatian. Menyambut usia ke-50 pada September mendatang, perusahaan asal Kudus ini mengumumkan kehadiran produk baru: laptop pertama mereka. Pengumuman ini menandai langkah besar Polytron dalam memperluas cakupan bisnisnya.
Sejak berdiri pada 1975, Polytron telah menjadi nama besar di dunia elektronik. Produk audio, video, hingga peralatan rumah tangga seperti kulkas dan mesin cuci sudah akrab di kalangan masyarakat. Namun, mereka tak berhenti di situ. Dalam beberapa tahun terakhir, Polytron sukses merambah pasar kendaraan listrik.
Motor listrik Polytron, seperti Fox-S dan Fox-R, mencatatkan diri sebagai yang terlaris di Indonesia. Keberhasilan ini didukung oleh inovasi Battery-as-a-Service, yang memudahkan konsumen memiliki kendaraan listrik tanpa membeli baterai. Langkah ini terbukti jitu, membuat motor listrik mereka diminati banyak kalangan.
Pada Mei 2025, Polytron meluncurkan mobil listrik pertama, G3 dan G3+. Mobil ini, rebadge dari Skyworth EV6, dirakit di Purwakarta dengan kandungan lokal 40 persen. Varian G3+ hadir dalam warna Midnight Black dan Galaxy Grey, sementara G3 tersedia dalam Aurora White dan Twilight Blue. Skema sewa baterai kembali menjadi daya tarik, menawarkan harga lebih terjangkau.
Kini, Polytron bersiap memasuki ranah baru: laptop. Tekno Wibowo, Direktur Komersial Polytron, mengatakan bahwa langkah ini lahir dari keinginan konsumen. “Kami ingin mendukung produktivitas masyarakat, baik untuk kerja, belajar, maupun berkreasi,” ujarnya. Laptop ini diharapkan menjadi solusi praktis dan andal.
Meski spesifikasi belum diungkap, Polytron menjanjikan perangkat yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia. Dengan dua pabrik besar di Kudus dan Demak, serta jaringan layanan purna jual yang luas, mereka optimistis. Laptop ini akan diperkenalkan pada 5 Agustus 2025, menjadi puncak perayaan menuju HUT ke-50.
Langkah Polytron ini bukan tanpa tantangan. Pasar laptop Indonesia dikuasai merek global ternama. Bisakah produk lokal ini bersaing? Publik menanti jawabannya minggu depan. Yang jelas, Polytron tak asing dengan persaingan ketat.
Sejak awal, Polytron dikenal inovatif. Dari televisi hitam-putih pada 1975 hingga smart TV EQLED, mereka terus beradaptasi. Produk seperti speaker hi-fi, kulkas inverter, dan AC Neuva Pro dengan teknologi IoT menunjukkan kemampuan mereka menjawab tren. Bahkan, ketika ponsel Polytron gagal bersaing pada 2018, mereka bangkit dengan fokus pada pasar domestik.
Diversifikasi bisnis menjadi kunci. Setelah sukses di kendaraan listrik, laptop menjadi langkah logis berikutnya. Polytron ingin hadir di setiap aspek kehidupan keluarga Indonesia, dari ruang tamu hingga meja kerja. Ambisi ini didukung oleh 10.000 karyawan dan 50 pusat layanan di seluruh negeri.
Peluncuran laptop ini juga sejalan dengan semangat Polytron mendukung kebijakan pemerintah. Seperti mobil listrik mereka yang mendukung target netralitas karbon 2060, laptop ini diharapkan memperkuat industri teknologi lokal. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pernah memuji komitmen Polytron dalam inovasi otomotif. Kini, sorotan beralih ke ranah digital.