ARM Batalkan Lisensi Arsitektur Qualcomm

Dimas Galih Windudjati

ARM Holdings baru-baru ini mengumumkan keputusan untuk membatalkan perjanjian lisensi arsitektur (ALA) dengan Qualcomm, sebuah langkah yang menambah panas perseteruan hukum antara kedua perusahaan yang telah berlangsung selama dua tahun. Keputusan ini berpotensi memberikan dampak besar pada bisnis Qualcomm, terutama dalam pengembangan prosesor untuk laptop dan smartphone.

Perseteruan antara keduanya dimulai ketika Qualcomm mengakuisisi Nuvia pada tahun 2021. ARM menuduh Qualcomm dan Nuvia melanggar perjanjian lisensi dan menggunakan merek dagang tanpa izin. ARM mengklaim bahwa produsen Snapdragon tersebut tidak melakukan renegosiasi perjanjian setelah akuisisi, yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan lisensi yang ada. Sebagai hasilnya, ARM menuntut Qualcomm untuk menghentikan penjualan berbagai produk yang menggunakan teknologi Nuvia.

Pembatalan lisensi arsitektur oleh ARM memberikan Qualcomm waktu 60 hari untuk menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, ARM akan menuntut penghentian penjualan produk-produk yang menggunakan teknologi tersebut. Lisensi arsitektur ini memungkinkan Qualcomm untuk membangun chip kustom berdasarkan arsitektur instruksi ARM (ISA). Kehilangan lisensi ini dapat menyebabkan penundaan dan gangguan besar dalam pengembangan produk Qualcomm.

Pada tahun 2019, ARM memberikan dua lisensi kepada Nuvia: Technology License Agreement (TLA) dan Architecture License Agreement (ALA). Lisensi ini memungkinkan Nuvia untuk memodifikasi inti yang ada dan merancang inti kustom untuk produk kelas pusat data. Namun, lisensi ini tidak dapat dipindahkan tanpa persetujuan ARM, yang tidak diperoleh Qualcomm saat mengakuisisi Nuvia. Akibatnya, ARM membatalkan lisensi Nuvia pada tahun 2022, tetapi Qualcomm berargumen bahwa lisensi arsitektur mereka juga mencakup Nuvia.

Kedua perusahaan kini bersiap untuk menghadapi persidangan guna menyelesaikan klaim ini. Qualcomm telah mengajukan gugatan balik, mengklaim bahwa mereka bertindak sesuai dengan hak mereka. Meskipun perusahaan masih memiliki akses ke desain standar ARM di bawah perjanjian TLA, kehilangan lisensi arsitektur dapat menyebabkan gangguan besar dalam pengembangan produk.

Dalam jangka panjang, Qualcomm mungkin perlu mencari alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi ARM. Salah satu opsi yang mungkin adalah berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan teknologi RISC-V, yang saat ini masih tertinggal dalam hal kinerja dibandingkan dengan ARM. Namun, langkah ini memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan.

Keputusan ARM untuk membatalkan lisensi arsitektur kepada produsen Snapdragon tersebut menambah ketegangan dalam perseteruan hukum yang sudah memanas. Dampak dari keputusan ini bisa sangat besar bagi Qualcomm, terutama dalam pengembangan prosesor untuk PC dan smartphone. Kedua perusahaan kini bersiap untuk menghadapi persidangan, yang hasilnya akan sangat menentukan arah masa depan mereka dalam industri teknologi.

Dengan demikian, perseteruan antara ARM dan Qualcomm tidak hanya berdampak pada kedua perusahaan, tetapi juga pada industri teknologi secara keseluruhan. Semua mata kini tertuju pada persidangan yang akan datang, yang diharapkan dapat memberikan kejelasan dan resolusi atas konflik ini.

Sumber: Tomshardware

Share This Article
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *