ASUS terus memimpin pasar PC berbasis AI di Indonesia, khususnya dengan Copilot+ PC, yang kini menguasai 60% pangsa pasar lokal. Menurut Sascha Krohn, Director of Technical Marketing ASUS Global, keberhasilan ini tidak lepas dari strategi perusahaan sebagai pelopor yang cepat beradaptasi. ASUS selalu menjadi yang pertama meluncurkan produk dengan platform terbaru, seperti Windows on ARM dan chipset terkini dari Qualcomm, Intel, dan AMD. Namun, meski memimpin, ASUS masih haus akan inovasi.
Dominasi ASUS di pasar global Copilot+ PC juga terlihat kuat, meski pangsa pasarnya sedikit lebih rendah dibandingkan di Indonesia. Dari total pasar, Qualcomm menyumbang 15%, Intel sekitar 50%, dan AMD mengisi sisanya. Kecepatan ASUS dalam menghadirkan teknologi baru ke pasar menjadi kunci. Saluran distribusi yang dioptimalkan memungkinkan produk seperti laptop dan PC dengan fitur AI terbaru cepat sampai ke tangan konsumen.
Meski sudah meraih posisi puncak, Sascha mengakui adanya tantangan. Pangsa pasar ASUS mulai terkikis seiring kompetitor meluncurkan model baru dan gencar melakukan kampanye. “Kami tidak puas dengan 60%,” ujarnya. ASUS ingin lebih dari sekadar mempertahankan angka, tetapi juga meningkatkan pengalaman pengguna melalui diferensiasi produk.
Fokus utama ASUS kini adalah memperbaiki pengalaman pengguna AI. Ketika Copilot+ PC diluncurkan lebih dari setahun lalu, fiturnya masih terasa dasar. Kini, meski telah banyak diperbarui, masih ada ruang untuk perbaikan. Sascha menyoroti masalah persepsi publik. “Kami banyak membuat gebrakan soal Copilot+ dan Windows on ARM, tapi ekspektasi awal tidak terpenuhi,” katanya. Akibatnya, banyak konsumen yang kini skeptis, meski kompatibilitas aplikasi dan fitur telah meningkat pesat.
Salah satu cara ASUS mendorong perubahan adalah dengan mengadakan acara untuk media, seperti yang digelar di Jakarta. Acara ini bertujuan memamerkan fitur terbaru Copilot+ PC, sekaligus mengumpulkan masukan dari media yang dianggap lebih dekat dengan konsumen. “Media tahu apa yang diinginkan pengguna,” kata Sascha, menegaskan pentingnya umpan balik untuk menyempurnakan produk.
Fitur-fitur unggulan Copilot+ PC yang dipamerkan termasuk tombol Copilot yang memudahkan akses ke ChatGPT 5, fitur webcam seperti pelacakan wajah dan penghalusan kulit, serta integrasi Paint dan Photo Creator untuk pengeditan gambar berbasis AI. Fitur seperti penghapus pintar memungkinkan pengguna menghilangkan objek tidak diinginkan dari foto, misalnya sampah di lanskap indah, dengan mudah. “Ini menyenangkan dan relevan, terutama untuk pengguna yang suka membuat konten,” ujar Sascha.
Namun, ada keluhan. Proses pembuatan dan pengeditan gambar AI masih lambat dan terasa kurang mulus. Media juga menyarankan agar ASUS meniru fitur AI ponsel pintar, seperti fungsi penerjemah Samsung, untuk laptop. Sascha mencatat masukan ini, mengakui bahwa ASUS sedang bekerja untuk menyempurnakan kecepatan dan kemudahan penggunaan.
Selain Copilot+, ASUS juga menghadirkan aplikasi AI sendiri, seperti StoryCube, yang kini tersedia di laptop setelah sukses di ponsel Zenfone dan ROG Phone. StoryCube memungkinkan pengguna mengelola konten dengan indeks berdasarkan tanggal, lokasi, kamera, hingga wajah dalam foto atau video, semuanya secara offline untuk menjaga privasi. “Ini sangat membantu kreator konten menemukan file dengan cepat,” kata Sascha. ASUS juga berencana menambah fitur pencarian berdasarkan waktu dan warna dominan untuk mempermudah pengelolaan konten.
Produk lain yang disorot adalah Mewstry, alat pembuat gambar AI mirip DALL-E, yang tersedia di laptop ProArt dengan GPU RTX. Aplikasi ini menawarkan pembuatan gambar beresolusi tinggi lebih cepat dibandingkan fitur bawaan Windows. Sementara itu, Omni LLM, chatbot berbasis lokal, memungkinkan pengguna menjalankan model bahasa tanpa koneksi internet, cocok untuk privasi data anak-anak atau perusahaan. ASUS berencana menambahkan dukungan multimodal, seperti interaksi suara dan pembuatan gambar dari teks, pada Omni LLM.
ASUS juga mengumumkan inovasi perangkat keras terbaru. Pada Jumat ini, ASUS akan meluncurkan ProArt P16 dengan GPU RTX 5090 dan prosesor Ryzen AI HX 370. Laptop ini menggunakan layar ASUS Lumina Pro OLED 4K 120 Hz dengan lapisan anti-reflektif baru, menawarkan keseimbangan antara ketajaman dan pengurangan pantulan. “Ini ideal untuk kreator dan gamer,” kata Sascha.
Sascha optimistis terhadap masa depan AI di ASUS. Meski tantangan seperti kecepatan pemrosesan dan persepsi publik masih ada, ia yakin peningkatan algoritma dan kekuatan CPU, GPU, serta NPU akan mengatasi masalah ini. “Kami ingin membuat AI lebih mulus dan nyaman,” tutupnya, menegaskan komitmen ASUS untuk terus berinovasi.