Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, bank digital seperti AlloBank terus berinovasi untuk menjaga kepercayaan nasabah. Berbasis di ekosistem CT Corp, AlloBank hadir sebagai bank umum digital dengan aplikasi unggulan bernama Allo Apps. Aplikasi ini dirancang sebagai solusi all-in-one, memungkinkan nasabah melakukan berbagai transaksi, mulai dari pembayaran di Indomaret hingga kebutuhan finansial lainnya, tanpa perlu uang tunai. Namun, di balik kemudahan digitalisasi, ancaman baru seperti deepfake mengintai, mendorong AlloBank berkolaborasi dengan Advance AI untuk memperkuat keamanan.
AlloBank lahir dari ekosistem CT Corp yang mencakup berbagai sektor, seperti ritel, restoran, hingga media seperti detik.com dan CNN Indonesia. Ekosistem ini memungkinkan AlloBank terintegrasi dengan mitra strategis seperti Dana dan Indomaret, memberikan nilai tambah bagi masyarakat. “Kami ingin menjadi bank digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari,” ujar perwakilan AlloBank, Ganda, dalam sebuah diskusi teknologi. Dengan digitalisasi, kebiasaan masyarakat telah bergeser. Dompet kini sering tergantikan oleh ponsel pintar, bahkan KTP pun sudah memiliki versi digital.
Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan. Ancaman deepfake, teknologi yang memalsukan suara atau wajah seseorang, kini menjadi momok di industri perbankan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kerugian akibat kejahatan finansial di Indonesia mencapai Rp700 miliar hanya dalam tiga bulan, dari November 2024 hingga awal 2025.
“Ancaman deepfake meningkat hingga sepuluh kali lipat antara 2022 dan 2023,” ungkap Anggi, perwakilan Advance AI, perusahaan teknologi yang bermitra dengan AlloBank. Ia menambahkan, 50% pelaku bisnis di Indonesia belum menyadari risiko ini, apalagi memiliki solusi untuk mengatasinya.
Deepfake memungkinkan penjahat menyamar sebagai orang lain, misalnya dengan meniru suara pimpinan perusahaan untuk memerintahkan transfer dana. Dalam kasus lain, video palsu digunakan untuk membuka rekening tanpa tatap muka. “Dulu, penipuan mungkin hanya berupa SMS sederhana. Sekarang, suara atau wajah seseorang bisa dikloning hingga nyaris sempurna,” jelas Anggi. AlloBank menyadari, tanpa teknologi canggih, kejahatan semacam ini sulit dideteksi.
Untuk menghadapi ancaman tersebut, AlloBank bekerja sama dengan Advance AI, perusahaan berbasis di Singapura yang telah beroperasi di Indonesia selama satu dekade. Advance AI mengembangkan solusi verifikasi identitas berbasis AI, dengan tingkat akurasi mendekati 100%. Teknologi ini mencakup face blacklist, background blacklist, dan analisis biometrik untuk mendeteksi kecurangan.
“Kami bisa tahu apakah seseorang asli atau hanya menggunakan topeng digital,” kata Anggi. Selain itu, teknologi mereka mampu mengenali KTP palsu melalui optical character recognition (OCR) dan image quality assessment (IQA).
Kolaborasi ini juga menitikberatkan pada kepatuhan terhadap regulasi OJK. AlloBank memastikan setiap proses pembukaan rekening, baik melalui aplikasi maupun tatap muka, sesuai dengan aturan know your customer (KYC). “Kami bisa membuka rekening dalam tiga hingga lima menit, tapi tetap aman dan patuh regulasi,” ungkap Ganda.
Advance AI, di sisi lain, terus berkoordinasi dengan OJK untuk memastikan solusi mereka relevan dengan pasar Indonesia. “Kami kembangkan teknologi yang sangat lokal, sesuai kebutuhan dan regulasi di sini,” tambah Anggi.
Tantangan di Indonesia memang unik. Literasi digital yang bervariasi dan adopsi teknologi yang belum merata membuat bank harus menyeimbangkan keamanan dengan kenyamanan. “Kalau terlalu ketat, nasabah bisa malas. Tapi kalau terlalu longgar, risikonya besar,” ujar Ganda. AlloBank dan Advance AI berupaya menciptakan solusi yang ramah pengguna, seperti verifikasi wajah yang hanya membutuhkan gerakan sederhana, tanpa mengorbankan keamanan.
Ke depan, keduanya optimistis kolaborasi ini akan terus berkembang. “Seperti di film superhero, kita perlu tim kuat untuk melawan penjahat yang semakin cerdas,” kata Ganda, setengah bercanda. Ia berharap kerja sama dengan Advance AI terus berlanjut tanpa kenaikan biaya signifikan, agar tetap kompetitif. Sementara itu, Anggi menegaskan komitmen Advance AI untuk selalu berada di garis depan inovasi. “Kami tidak hanya menjual teknologi, tapi menjadi mitra jangka panjang untuk menjaga kepercayaan nasabah,” tuturnya.
Ancaman deepfake memang nyata, tapi dengan sinergi antara bank digital seperti AlloBank dan penyedia teknologi seperti Advance AI, industri perbankan Indonesia siap menghadapi tantangan era digital. Keseimbangan antara keamanan, kenyamanan, dan kepatuhan menjadi kunci untuk menjaga integritas sistem dan kepercayaan masyarakat.

