BrainEye Luncurkan Teknologi AI Kesehatan Otak di Indonesia

Dimas Galih Windudjati

Perusahaan health-tech asal Australia, BrainEye, bersiap memperkenalkan inovasi terbarunya di Indonesia. Teknologi berbasis kecerdasan buatan ini memungkinkan pengguna memantau kesehatan otak hanya melalui smartphone dalam waktu singkat. Peluncuran ini menjadi langkah penting dalam mendukung transformasi kesehatan digital di Indonesia, sekaligus memperkuat kerja sama antara Australia dan Indonesia di bidang teknologi kesehatan.

Aplikasi ini mampu menilai fungsi otak secara akurat dalam waktu kurang dari 40 detik. Tanpa perlu alat mahal, pengguna bisa mendapatkan gambaran kondisi otaknya secara real-time. Teknologi ini telah diuji lebih dari 120.000 kali di seluruh dunia dan terdaftar sebagai perangkat medis Kelas 1M yang tidak invasif. Berbeda dari alat lain, BrainEye telah terbukti melalui validasi klinis dengan standar medis tertinggi.

Bagaimana cara kerjanya? BrainEye memanfaatkan kecerdasan buatan dan machine learning untuk menganalisis pergerakan mata. Semakin banyak tes dilakukan, semakin cerdas aplikasinya dalam memberikan hasil yang personal dan tepat. Steven Barrett, Chief Operating Officer BrainEye, menjelaskan bahwa Indonesia dipilih karena pasarnya yang berkembang pesat. “Kami melihat potensi besar di sini, terutama dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan otak dan digitalisasi layanan kesehatan,” ujarnya.

Teknologi ini relevan untuk berbagai kalangan, mulai dari atlet, pasien dengan gangguan neurologis, hingga lansia. Dalam olahraga, BrainEye mengubah cara skrining gegar otak dilakukan. Tes tradisional sering subjektif dan terlambat, sedangkan BrainEye memberikan data objektif dengan sensitivitas tinggi. Uji coba pada atlet elit Australia menunjukkan hasil luar biasa, mendeteksi gegar otak dengan akurasi hingga 100%.

Emmanuel Petit, legenda sepak bola dunia dan Brand Ambassador BrainEye, turut mendukung misi ini. “Otak adalah aset terpenting, baik dalam olahraga maupun kehidupan,” katanya. Ia menambahkan bahwa teknologi ini bisa melindungi atlet muda Indonesia, khususnya di sepak bola yang sedang berkembang pesat. Dengan deteksi dini, risiko cedera jangka panjang dapat ditekan.

Sekitar 2,6 miliar orang di dunia diperkirakan mengalami gangguan neurologis, dan banyak yang terdeteksi terlambat. Joanne Fielding, Chief Scientific Officer BrainEye, menegaskan bahwa intervensi awal bisa mengurangi biaya perawatan dan beban sistem kesehatan. “Kami ingin memberikan solusi proaktif yang mudah diakses semua orang,” tuturnya.

Di Indonesia, BrainEye juga menjalin kemitraan strategis dengan Austrade dan otoritas kesehatan setempat. Lauren Adams, Komisaris Perdagangan dan Investasi Australia, menyambut baik langkah ini. “Kami bangga mendukung BrainEye masuk ke Indonesia, mempererat hubungan kedua negara di sektor kesehatan dan teknologi,” katanya. Inisiatif ini sejalan dengan ambisi Indonesia untuk meningkatkan layanan kesehatan melalui digitalisasi.

BrainEye tengah memfinalisasi rencana peluncuran resmi di Indonesia. Fokusnya tidak hanya pada aksesibilitas, tetapi juga edukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan otak. Dengan infrastruktur AI yang terus berkembang, aplikasi ini diharapkan menjadi bagian integral dari ekosistem kesehatan digital di Tanah Air.

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *