Produsen chip asal China, Loongson, baru saja mengumumkan jajaran CPU octa-core terbaru mereka, yaitu 3B6600 dan 3B7000. Kedua CPU ini dirancang untuk menyasar pasar mainstream di China, dengan fokus utama pada performa single-core dibanding multi-core.
Loongson mengakui bahwa performa multi-core kedua CPU ini masih tertinggal dibandingkan kompetitor. Namun, mereka mengklaim telah berhasil meningkatkan performa single-core secara signifikan. Loongson menyebutkan peningkatan hingga 20x lipat dibandingkan generasi sebelumnya.
Prosesor 3B6600 memiliki delapan core CPU LA854 dan kartu grafis terintegrasi LG200 berkecepatan 3.0 GHz. Sementara 3B7000 mengusung delapan core LA864 dengan clock speed 3.5 GHz, namun belum ada informasi terkait kartu grafis terintegrasinya.
Berdasarkan informasi resmi, 3B7000 mendukung antarmuka PCIe 4.0, SATA III, USB 3.0, GMAC, dan output HDMI. CPU ini juga memiliki akselerator Tensor INT8 terintegrasi untuk beban kerja LLM. Kemampuan lainnya termasuk komputasi OpenCL 3.0 dan akselerasi grafis OpenGL 4.0. Grafis terintegrasi ini diklaim mampu mencapai performa komputasi hingga 256 GFLOPs, dan potensinya bisa mencapai 1TFLOPs dengan solusi grafis terpisah.
Meski begitu, belum ada informasi detail mengenai dukungan resolusi dan fitur lain pada kartu grafis terintegrasi ini. Menariknya, CPU ini disebutkan mendukung berbagai jenis antarmuka RAM seperti SRAM, SDRAM, DDR2, DDR3, dan yang terbaru DDR4.
Presentasi Loongson sendiri tampaknya masih rancu. Beberapa slide menyebut chip ini sebagai “chip notebook generasi berikutnya”, sementara roadmap-nya menunjukkan keduanya sebagai prosesor desktop. Meski ditujukan untuk pasar domestik China, kehadiran CPU ini di negara lain yang terkena sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa masih menjadi spekulasi.
Loongson berambisi untuk bersaing dengan arsitektur x86 dan ARM melalui arsitektur mereka sendiri, “Dragon”. Dengan China yang sudah melarang penggunaan CPU Intel dan AMD di sektor pemerintahan dan sekolah yang beralih ke chip lokal, Loongson berpotensi meraih pangsa pasar domestik yang besar di berbagai sektor. Namun, kesuksesan mereka di pasar mainstream masih harus dibuktikan.
Perbandingan performa single-core yang diklaim Loongson mengingatkan kita pada komentar CEO Intel, Pat Gelsinger, yang pernah menyatakan bahwa CPU buatan China tertinggal berdekade-dekade. Namun, kemajuan pesat yang ditunjukkan perusahaan seperti Loongson membuat kita bertanya-tanya apakah produsen chip lokal China bisa mengejar ketertinggalan ini dalam waktu yang lebih singkat. Hal tersebut tentunya sudah diperlihatkan ARM yang saat ini sudah sangat mendekati kinerja x86.
Memproduksi CPU bukanlah hal yang mudah. Namun, China dikenal gigih dalam mengimpor peralatan produksi chip dengan berbagai cara. Sanksi yang dijatuhkan dapat dilihat sebagai berkah tersembunyi bagi industri produksi chip China dalam hal pangsa pasar dan inovasi. Meski begitu, Rusia masih harus berjuang untuk mencapai kesuksesan serupa di ranah produksi chip mereka.
Sumber: MyDrivers