Pasar smartphone diprediksi menghadapi kemerosotan, tapi tidak untuk segmen premium. Berdasarkan riset Counterpoint Research pada Q4 2023, penjualan smartphone premium dengan harga di atas US$600 justru naik 6% setiap tahunnya. Kenapa bisa begitu?
Ternyata, para pencinta gadget semakin mementingkan kualitas dan umur pakai yang panjang. Mereka rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli smartphone flagship dengan spesifikasi tinggi.
Tidak hanya menawarkan performa yang kencang dan dapat menangani tugas sehari-hari dengan lancar, tetapi juga unggul dalam berbagai aspek. Termasuk desain yang berkelas, layar dengan refresh rate tinggi, kemampuan kamera lebih baik, hingga dukungan pembaruan sistem operasi jangka panjangnya.
Menurut para analis, sekitar 24% dari seluruh pasar smartphone kini sudah masuk dalam kategori premium. Segmen ini berkembang terutama di pasar negara-negara berkembang.
Apple tetap menjadi pemimpin pasar yang tak terbantahkan di segmen ini, dengan penjualan 4x lipat dibanding Samsung yang berada di posisi kedua. Meski begitu, perusahaan teknologi asal Korea Selatan ini berhasil mempersempit kesenjangan tersebut, berkat larisnya Galaxy S23 Series dan smartphone foldable mereka.
Pertumbuhan pasar smartphone premium ini didorong oleh penjualan di Tiongkok, Eropa Barat, India, dan kawasan MEA. Counterpoint Research memprediksi China, India, dan Amerika Latin bakal mencetak rekor baru dalam penjualan smartphone premium, dengan India sebagai pasar dengan pertumbuhan tercepat secara global.
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh segmen ultra-premium, yaitu perangkat yang berharga US$1.000 atau lebih. Kedepannya, tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, dan smartphone premium diprediksi bakal melampaui pertumbuhan pasar smartphone secara keseluruhan.
Jadi, apakah Anda termasuk yang rela menggelontorkan dana lebih untuk membeli smartphone flagship? Atau tetap setia dengan segmen kelas menengah yang lebih terjangkau?
Sumber: GSMArena